ttg wirid

Tanya:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Apa benar wirid itu ada yang menyesatkan? Lalu apakah mengamalkan wirid sanadnya juga harus ke Rasulullah? Bagaimana dengan wirid asma’ul husna yang biasanya dibaca dalam bilangan tertentu?

Terima kasih.

Wassalam.

[Hamba Allah via surel]

Jawab:
Wa’alaikumussalam wr. wb.

Wirid adalah zikir-zikir tertentu yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. yang biasa dibaca pada waktu-waku tertentu dan dalam jumlah tertentu. Orang yang membaca zikir atau berwirid ibarat orang yang menemukan air ketika sedang dahaga. Wirid itu bagaikan air yang menyegarkan. Memang, secara bahasa, kata ‘wirid’ berasal dari kata warada dalam bahasa Arab yang berarti –antara lain— keluar, muncul, datang, tampak. Mawrid al-mâ’ adalah tempat keluarnya air atau sumber mata air.

Wirid dikatakan benar apabila bersumber atau mempunyai dasar dari al-Qur’an maupun sunnah Rasul saw. Misalnya, wirid lâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîka lah, lahu al-mulku wa lahu al-hamdu wa huwa ‘alâ kulli syay’in qadîr sebanyak 100 kali dalam sehari seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Orang yang membiasakan wirid tersebut, seperti disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari itu, akan diberikan 100 kebaikan (hasanah) dan akan dihapuskan darinya 100 keburukan (sayyi’ah), di samping akan terlindungi dari godaan setan. Demikian pula, misalnya, dengan wirid subhânallâh wa bihamdih sebanyak 100 kali dalam sehari. Ini didasarkan pada hadis Nabi saw.: “Barang siapa mengucapkan subhânallâh wa bihamdih sebanyak 100 kali dalam sehari, kesalahan-kesalahannya akan dihapus, meskipun sebanyak buih laut.” (HR Imam Bukhari). Dan masih banyak lagi wirid-wirid lain yang bersumber dari hadis Nabi saw.

Menyebut lafal-lafal al-Asmâ’ al-Husnâ dalam berdoa memang dianjurkan di dalam al-Qur’an: Dan hanya kepunyaan Allah al-asmâ’ al-husnâ, maka bermohonlah kepada-Nya dengannya, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam nama-nama-Nya, nanti mereka akan dibalas menyangkut apa yang telah mereka kerjakan (QS. Al-A’raf [7]: 180). Tetapi mewiridkan nama-nama tertentu dari al-Asmâ’ al-Husnâ itu, dalam jumlah tertentu, dan untuk maksud tertentu (misalnya agar cepat kaya, agar tubuh menjadi kebal, dsb.), sejauh pengetahuan saya, saya tidak menemukannya di dalam hadis Nabi saw. Yang ada, itu merupakan mujarrabât (sesuatu yang telah dicoba, dialami, atau hasil eksperimen) syeikh-syeikh tarekat atau orang-orang saleh tertentu. Karena merupakan pengalaman pribadi seseorang, sangat mungkin apa yang berlaku baginya belum tentu berlaku bagi orang lain.

Demikian, wallahu a’lam.

[Muhammad Arifin - Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur'an]


dari alifmagz sini

Komentar