hadist2 tentang tidur

Rasulullah saw. bersabda, “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat. Kemudian, berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud).

“Rasulullah saw. apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).

“Barangsiapa yang pergi ke tempat tidurnya dalam keadaan suci seraya mengingat Allah SWT sampai dia tertidur (dikalahkan oleh kantuknya), maka tidak terlewatkan sesaat pun sepanjang malam, jika dia meminta kebaikan dunia dan akhirat kepada Allah, melainkan pasti akan diberi.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu As-Sunni).

Secara medis, tidur menghadap kanan memang baik untuk kesehatan. Tidur dengan posisi tersebut membantu mengistirahatkan otak kiri yang banyak dipakai untuk kegiatan menggunakan tubuh bagian kanan, mengurangi beban jantung, melancarkan peredaran darah, membantu proses penyerapan gizi dan pembuangan racun dari dalam tubuh, dan sebagainya. Sebaliknya tidur menghadap kiri mengganggu sirkulasi darah dan mengurangi pasokan darah ke otak, sedangkan tidur tengkurap buruk bagi pernapasan.

Selain bersuci, sebelum tidur Rasulullah juga mengibas tempat tidur dan membaca doa, agar Allah swt. senantiasa menjaga dan memberkahi beliau dalam tidurnya.

“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (HR. Al Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi dan Abu Dawud).

Dari Hudzaifah, ia berkata,Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari).

“Sesungguhnya Nabi saw, apabila menempati tempat tidurnya pada tiap malam, ia himpunkan kedua telapak tangannya, kemudian ia tiup dengan mulutnya, maka ia baca pada keduanya (surat-surat) Qulhuwallaahuahad, Qula’uudzubirabbilfalaq dan Qula’uudzu- birabbinnaas. Kemudian ia sapukan kedua telapak tangannya itu keseluruh badan sebatas kemampuannya, dimulai dari kepala, muka dan bagian badannya sebelah muka. Ia lakukan sebanyak tiga kali.” (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah juga shalat Isya sebelum tidur dan tidur di awal waktu, agar bisa bangun pada tengah malam untuk melakukan shalat malam. Dengan demikian, kualitas tidur Rasulullah terjaga. Tidak terlalu lama, tidak pula terlalu sebentar. Dimulai pada waktu yang paling baik bagi tubuh, juga dengan cara yang baik. Tidurnya tenang, nyaman, dan terlindungi. Keberkahan pun menyertainya selama tidur, maupun ketika bangun kembali.

Dari Abi Barzah, beliau berkata,Rasulullah saw. membenci tidur malam sebelum shalat Isya berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (HR. Bukhari). [aca]

Komentar